BeritaOlahraga

MAIR 2025 Jakarta Sentuh Ekonomi Miliar Rupiah, Wamenpora: Dampaknya Sangat Besar

9
×

MAIR 2025 Jakarta Sentuh Ekonomi Miliar Rupiah, Wamenpora: Dampaknya Sangat Besar

Share this article

Jakarta – Ajang Milo Activ Indonesia Race (MAIR) 2025 Jakarta kembali menegaskan bahwa sebuah event olahraga memiliki dampak jauh lebih besar dibanding sekadar kompetisi atau kampanye gaya hidup sehat. Gelaran ini kini menjadi salah satu penggerak ekonomi baru yang bernilai strategis. Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Wamenpora RI), Taufik Hidayat, memberikan apresiasi kepada Nestlé Indonesia atas konsistensi mereka melalui Milo dalam membangun ekosistem olahraga sekaligus menghidupkan roda ekonomi masyarakat.

Wamenpora Taufik menilai bahwa MAIR adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta mampu memperkuat industri olahraga sebagai sektor ekonomi yang menjanjikan.

“Event seperti MAIR berdampak luas dan inklusif. Tidak hanya menumbuhkan budaya olahraga, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui berbagai industri pendukung yang terlibat,” ujar Taufik.

Ia menambahkan bahwa selama lebih dari lima dekade, Milo terus menghadirkan program-program olahraga yang bukan hanya meningkatkan kualitas penyelenggaraan, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi UMKM, komunitas olahraga, penyedia apparel, teknologi olahraga, hingga menumbuhkan talenta muda. Kemenpora, kata Taufik, akan terus memperkuat sinergi dengan pihak swasta untuk memperbesar dampak ekonomi tersebut.

Pengamat olahraga, Aam Amjad, turut menyoroti massifnya pertumbuhan ekonomi dari maraknya event lari di berbagai kota besar Indonesia.

Menurut Aam, olahraga lari menciptakan multiplier effect yang besar. “Masyarakat menjadi lebih sehat, tetapi dampak ekonominya jauh lebih besar dari yang terlihat,” jelasnya.

Aam memberikan ilustrasi sederhana: jika satu event diikuti 5.000 peserta, dan setiap peserta mengeluarkan sekitar Rp300.000, maka sedikitnya Rp1,5 miliar perputaran uang terjadi hanya dalam satu hari. Angka itu belum termasuk pengeluaran untuk transportasi, konsumsi, akomodasi, merchandise, vendor event, jasa foto, dan UMKM sekitar lokasi.

“Bagi peserta dari luar daerah, nilai ekonominya bahkan lebih besar, karena mereka membutuhkan penginapan, transportasi lokal, wisata, hingga belanja oleh-oleh. Perputaran uang bisa mencapai Rp10–15 miliar dalam satu event lari,” tambahnya.

Aam menyimpulkan bahwa tren ini memperlihatkan bahwa industri olahraga berbasis event telah menjadi mesin ekonomi baru yang memberikan manfaat ke berbagai sektor.

Wamenpora Taufik menambahkan bahwa penyelenggaraan MAIR di berbagai kota — seperti Makassar, Surabaya, Bandung, Medan, hingga Yogyakarta — memiliki peran penting dalam mendorong pemerataan ekonomi di daerah. Ajang lari ini tidak hanya menjadi kompetisi, tetapi juga membawa dampak langsung bagi ekosistem ekonomi lokal.

Event nasional seperti MAIR terbukti meningkatkan kunjungan wisata olahraga (sports tourism), mendorong UMKM lokal, serta membuka lapangan kerja bagi pelaku industri kreatif seperti event organizer, fotografer, videografer, dan relawan. Selain itu, acara seperti ini turut meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap produk-produk gaya hidup sehat.

Dengan berbagai dampak tersebut, MAIR berperan sebagai katalis bagi pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus memperkuat budaya olahraga di masyarakat.

“MAIR bukan sekadar ajang lari, tetapi lokomotif ekonomi. Ini momentum penting untuk mendorong industri olahraga Indonesia agar semakin modern, produktif, dan profesional,” tegas Wamenpora.

Dengan dukungan pemerintah, komitmen Nestlé Indonesia melalui Milo, dan antusiasme puluhan ribu pelari dari berbagai kota, MAIR 2025 Jakarta kembali menegaskan posisi industri olahraga sebagai penggerak ekonomi nasional yang semakin relevan dan berdaya saing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *